Jakarta 1detik.info ,"Refly Harun kembali mengulas kronologi pembubaran diskusi Forum Tanah Air (FTA) bersama para tokoh dan diaspora, yang bertempat di Hotel Grand Kemang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (Jaksel) pada Sabtu (28/9/2024)
Pakar hukum tata negara Refly Harun,ia hadir di forum itu sebagai pembicara sekitar pukul 09.00 WIB, dilanjutkan proses registrasi peserta diskusi.
Refly mengungkapkan,pada pukul 10.30 forum mau dimulai, ketika itulah terjadi perusakan," dikutip dari siniarnya di YouTube yang tayang pada Senin (30/9/2024).
Para pelaku pembubaran diskusi itu menurutnya berlangsung cepat setelah para pelaku memaksa masuk ke ruangan acara.
Aksi berteriak bubar, bubar, bubar! Kata yang masuk ke dalam situ. Setelah itu massa merusak, sekitar sepuluh orang-lah, setelah itu keluar," pungkasnya.
Setelah aksi pembubaran dan perusakan fasilitas di ruangan diskusi, para pelaku keluar begitu saja. Disusul beberapa kejadian di luar, seperti terlihat pada video yang viral.
Refly mengatakan,"Termasuk tadi ada kepala premannya atau kepala gengnya yang mengatakan, ya, jangan adu fisik dengan kita. Bentrok fisik dengan kita, karena kita langsung perintah atasan, katanya, dengan yakin.
Setelah aksi pembubaran paksa peserta diskusi melanjutkan acara dengan konferensi pers oleh para tokoh yang hadir, salah satunya Din Syamsuddin.
Lalu, ada acara promosi buku oleh salah satu peserta, dan beberapa perwakilan daerah menyampaikan pernyataan, antara lain dari Yogyakarta dan Sumatera Selatan (Sumsel).
Refly menuturkan,"Ketika perwakilan Sumatera Selatan bicara, tiba-tiba petugas hotel masuk, menyampaikan ancaman dari massa di luar agar acara dibubarkan dan mereka minta video atau foto bahwa acara sudah dibubarkan.
Pada akhirnya, forum itu tidak dilanjutkan karena situasinya sudah tak kondusif. Pihak FTA bahkan menyebut pendingin ruangan sudah dimatikan,"Tutur Refly.
Pesertapun satu per satu pulang tanpa berkordinasi, sebagian tetap bertahan dan kemudian akhirnya, sudah, begitu saja,"lanjutnya.
Pelaku Berambut Kuncir
Setelah kejadian itu viral dan menjadi perhatian publik, terutama di media sosial, Polda Metro Jaya baru menangkapi lima pelaku, dua di antaranya dijadikan tersangka.
Refly pun menyoroti salah satu pelaku pembubaran yang berambut kuncir, lantaran belakangan beredar video pria yang sudah jadi tersangka pernah hadir di acara sebuah partai politik,"pungkasnya.
Refly menuturkan,"kita lihat si rambut kuncir ternyata hadir dalam sebuah kegiatan partai politik, kita enggak ngerti, ya, kok dia bisa ada di sana? Artinya, ini bukan preman sembarangan,"lantas Reflypun tertawa.
Iapun mengatakan,"Akan tetapi tentu kita tidak mengatakan bahwa partai politik tersebut terlibat, tidak demikian, tetapi berarti orang ini bukan orang sembarangan, karena bisa hadir dalam kegiatan partai politik seperti itu.
Bayangkan, orang mau berdiskusi di tempat tertutup, tetapi mau dibubarkan. Orang unjuk rasa saja tidak boleh dibubarkan, apalagi ini di tempat tertutup. Sangat memprihatinkan. Karena itu tidak heran muncul spekulasi bahwa ini sudah direncanakan," kata Refly.
TAK KETINGGALAN
Pegiat media sosial @DokterTifa menulis di akun X pribadinya," Saya salah satu Tokoh yang hadir dan (rencananya) memberikan orasi pada Diskusi yang diselenggarakan Forum Tanah Air (FTA) .
Diskusi yang direncanakan akan membahas tentang Indonesia dan Masa Depan, memberikan saran dan melakukan aksi terbaik bagi Bangsa dan Negara yang sedang dirundung derita dan pelbagai kesulitan ini, tiba-tiba diganggu dan dirusak oleh segerombolan orang dengan tutup muka dan masker, merusak peralatan panitia dan properti hotel dan melakukan ancaman kepada segenap Hadirin, mengintimidasi seluruh peserta agar merasakan ketakutan dan memaksa Panitia menutup dan membubarkan acara.
Para Tokoh dan Hadirin Diaspora dari seluruh Indonesia dan Diaspora yang khusus menghadiri acara ini, tokoh-tokoh yang kenyang pengalaman berjuang di lapangan membela hak-hak rakyat, terbiasa dengan segala tantangan,
Diancam oleh segerombolan preman dan polisi yang berjaga-jaga, ketika acara selesai, rampak preman-preman itu berpelukan dengan polisi-polisi.
Ada dengan Negara ini hingga Aksi Anarkis dilakukan dengan terang-terangan bahkan di bawah lindungan Aparat Negara yang seharusnya melindungi hak-hak setiap warga negaranya, dan bukannya melindungi aksi gerombolan preman yang anarkis?
Sungguh peristiwa kemarin adalah NODA HITAM yang mencoreng-moreng Demokrasi negara ini, yang KEBEBASAN BERPENDAPAT DAN BERKUMPUL adalah Hak yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945!
Ketika yang dilindungi polisi adalah preman pengacau dan bukan warga yang menjalankan kegiatan secara tertib dan bermartabat, saya merasakan, jika dibiarkan terus-menerus terjadi, maka negara ini sudah pada tahap menuju kehancurannya.
0 Komentar